TRANSJAKARTA BELUM MENJADI SOLUSI

Pagi ini tepat pukul 07.15 seperti biasa saya berangkat kuliah. Jam pertama kuliah saya dimulai pukul 8 teng. Tapi pagi ini tidak seperti biasanya. Pagi ini keberangkatan saya kekampus dipersulit oleh kemacetan. Kemacetan mulai menyapa saya sejak bus kota yang saya tumpangi meninggalkan terminal. Saya pun langsung gerah, gerah  baik dalam makna denotative maupun konotatif melihat kemacetan yang menjebak dan dapat mengakibatkan saya terlambat. Saya pun bertanya-tanya ada apa gerangan sampai terjadi kemacetan yang luar biasa seperti ini. Apakah ada kecelakaan didepan sana atau ada si Komo lewat seperti  yang selalu mama dan papa bilang waktu saya masih kecil. Rupanya oh rupanya saat saya menenggok kearah jalan ternyata jalur tengah jalan yang dibuat khusus untuk transjakarta kosong melompong. Saya pun baru teringat tentang berita yang saya dengar tadi pagi dari radio kesayangan saya bahwa peraturan tentang larangan melewati jalur transjakarta sudah diberlakukan mulai hari ini. 

Dengan perasaan gelisah dan bibir terus komat kamit membaca doa agar kemacetan ini segera usai sehingga saya tidak terlambat untuk masuk kelas. Namun, kemacetan yang terjadi pagi ini sangat panjang dan super parah mebuat derajat kepanikan saya meningkat 2xlipat. Tangan saya terus ketak ketek tuts hape, sms teman sekelas saya memastikan apakah dosennya sudah datang apa belum. Tapi, syukur Alhamdulillah, sesampainya saya dikampus tercinta dikelas tersayang dosennya pun belum masuk kelas padahal saya sudah terlambat 30 menit. Setelah beberapa saat, saya duduk didalam kelas, teman saya yang merupakan penanggung jawab dari mata kuliah ini mendapat kabar bahwa dosen pada jam ini tidak dapat hadir karena terjebak mecet yang super parah sehingga ia memutuskan untuk balik arah. Dalam hati saya tersenyum kecil entah senang atau sedih. Tapi yang pasti kecewa dan merasa lucu. Saya dan dosen terjebak dalam satu kisah yang sama pagi ini yaitu dibuat jengkel oleh kemacetan. Dari kejadian tersebut dan akibat peraturan baru itu mengharuskan saya berangkat lebih awal dari biasanya.

Setelah Anda membaca cuplikan kisah saya di atas, saya yakin Anda sebagai warga kota Jakarta atau yang kantor/ kampus/ sekolah/ tempat aktivitas lainnya yang terletak di kota metropolitan ini pernah merasakan hal yang sama dengan saya. Karena kemacetan  sudah menjadi hal  yang wajar dalam hiruk pikuk kota Jakarta. Bahkan, saking wajarnya macet menjadi makanan sehari-hari bagi warga ibu kota, kalau kata upin ipin betul3x, sehingga sampai saat ini kemacetan tetap menjadi cirri khas dari ibu kota ini setelah polusi dan ”kepenuhan”. Hampir dipastikan setiap pagi dan sore di jam-jam keberangkatan dan pulangnya orang kantoran semua titik dari kota Jakarta terjadi kemacetan tidak terkecuali jalan “TOL”. Hal ini membuat kemacetan menjadi topic favorit bagi pemprov DKI Jakarta. Karena kemacetan masih menjadi “PR” pemprov DKI Jakarta yang belum terselesaikan.

Sebenarnya sudah banyak program-program yang dicanangkan dan dilakukan oleh pemprov DKI Jakarta untukmengatasi masalah yang satu ini. Salah satunya adalah transjakarta atau yang sering dikenal dengan sebutan busway oleh warga ibu kota. Namun sejak kehadirannya, transjakarta belum juga menjadi solusi dari masalah besar di kota Jakarta ini. Kemacetan masih saja betah menghantui warga ibu kota ini. Bahkan dari berita yang saya dengar dari salah satu radio di ibu kota, semakin lama dari hari ke hari kecepatan rata-rata kendaraan-kendaraan yang melintas di DKI Jakarta semakin berkurang akibat kemacetan. Hal ini terjadi sebelum jalur yang dilalui kendaraan-kendaraan tersebut berkurang alias harus berbagi dengan transjakarta. Sekarang pertanyaannya adalah bagaimana apabila jalur kendaraan-kendaraan tersebut makin sempit akibat berbagi dengan transjakarta dan terlebih lagi ditambah dengan peraturan yang mensterilisasikan jalur tersebut dari kendaraan-kendaraan yang melintas di DKI Jakarta. Padahal kita semua tahu bahwa kendaraan-kendaraan yang melintas di DKI Jakarta mempunyai jumlah yang terbilang sangat banyak atau bejibun kata orang betawi. Bisa kebayang akan bertambah berapa kilometer lagi kemacetan yang akan terjadi???

Transjakarta belum menjadi solusi rasanya ungkapan itu sangat tepat. Menurut saya peraturan mensterilkan jalur transjakarta tidak akan menjadi solusi dari kemacetan apabila tidak dibarengi dengan peraturan-peraturan yang lain. Seperti diharuskannya kepada para pemilik kendaraan pribadi untuk beralih ke transjakarta demi mengurangi volume kendaraan. Karena sering kali dalam besarnya mobil pribadi yang seharusnya memuat lebih dari 3 orang tapi hanya terdapat 1 orang didalamnya saat melintas dijalan.hal inilah yang membuat lonjakan volume kendaraan. Namun, untuk itu semua dari pihak transjakarta juga harus menunjukan kualitas. Seperti kedatangan bus transjakarta tepat waktu sesuai jadwal dan jumlah armada bus diperbanyak serta fasilitasnya ditingkatkan. Semuga ini menjadi kritik yang membangun bagi transjakarta dan pemprov DKI Jakarta dalam mengambil sebuah kebijakan.:)  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SIKAP PROFESI GURU TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

SEJARAH DAN PENGERTIAN PESPEKTIF GLOBAL

Perbedaan Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan