SEJARAH DAN PENGERTIAN PESPEKTIF GLOBAL

SEJARAH DAN PENGERTIAN PESPEKTIF GLOBAL

1.3       Sejarah munculnya istilah perspektif global

Perspektif global pertama kali muncul di Amerika Serikat pada tahun 1950an. Berkembang secara baik tahun 1970 an. Perspektif global di Indonesia mulai diterapkan pada kurikulum pendidikan dasar dan menengah tahun1995 dan secara jelas dan tegas sebagai pokok materi IPS sejak berlakunya kurikulum tahun 2004 (KBK) dan secara jelas menekankan perlunya perspektif global diajarkan di sekolah. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa Indonesia sekarang ini sudah harus mempersiapkan para murid untuk memasuki abad yang akan datang yang penuh dengan tantangan dengan adanya proses globalisme. Terlebih lagi sistem ekonomi dan perdagangan dunia sekarang ini semakin terbuka dan akan meningkat di masa yang akan datang menunjukkan arti pentingnya belajar perspektif global.

Istilah yang paling tepat untuk perspektif global adalah “global perspectives in education” atau disingkat dengan global education. Di indonesia disebut dengan istilah perspektif global dengan menekankan pada empat hal pokok yaitu: kesadaran terhadap perspektif global, sistem-sistem global, sejarah global, dan saling pngertian terhadap budaya lain.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke tiga tahun 2001, global diartikan secara umum dan keseluruhan, secara bulat, secara garis besar, meliputi seluruh dunia. Globalisasi artinya proses masuknya ke ruang lingkup dunia, mengglobal artinya mendunia. Globalisme adalah paham kebijakan nasional yang memperlakukan seluruh dunia sebagai lingkungan yang layak diperhitungkan, terutama untuk bidang ekonomi dan politik. Masyarakat dunia kini sedang menghadapi tujuan-tujuan baru yang memukau dan mengkhawatirkan.

Perspektif global berakar pada ilmu-ilmu: antropologi, psikologi, sejarah, ekonomi, geografi dunia, dan politik, bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran sebagai warga dunia yang berpartisipasi aktif. Keanggotaan seseorang dalam masyarakat dunia dari tingkat terdekat sampai yang terjauh bisa digambarkan dalam lingkaran konsentris sebagai berikut ini:








Pada era globalisasi kecenderungan yang kuat adalah proses terjadinya universalisasi yang melanda seluruh aspek kehidupan manusia. Salah satu implikasi penyeragaman terlihat dengan munculnya gaya hidup global seperti makanan, pakaian dan musik.

John Naisbitt yang terkenal dengan bukunya yang berjudul “Megatrend 2000” menyebutkan bahwa pada tahun-tahun tersebut akan terjadi proses globalisasi melalui teknologi informasi, ada tiga mode yang diterima oleh banyak orang yaitu: makanan (food), pakaian (fashion), dan hiburan (entertainment). Di Indonesia sendiri sudah terjadi proses globalisasi tersebut. Seperti anak-anak kecil yang sudah tahu apa itu KFC, MC Donals, jeans, dan film-film dari berbagai negara. Bahkan mereka lebih senang memilih produk luar negeri tersebut dibandingkan dengan produk-produk buatan negeri sendiri. Media televisi telah mempercepat arus informasi dan membawa kita terlibat dalam informasi dunia. Keadaan ini membuat kita mau tidak mau ikut terlibat dalam pergaulan masyarakat dunia melalui media informasi dan produk industri

1.4       Pokok-pokok pemikiran, tujuan dan definisi perpektif global
           
            National Council for the Social Studies (NCSS) pada tahun 1982 menunjukkan arti pentingnya perspektif global diajarkan di sekolah-sekolah:
a. Sekarang kita hidup dalam masa terjadinya peningkatan globalisasi yang ditandai dengan fenomena hampir semua orang berinteraksi secara transnasional (tidak hanya terbatas dalam negaranya saja), multi cultural (dalam berbagai macam budaya) dan cross-cultural (berinteraksi dengan budaya lain selain yang dimilikinya).
b. Aktor-aktor yang berinteraksi dalam tingkat dunia tidak hanya terbatas pada aktor-aktor negara saja, namun juga melibatkan perseorangan, kelompok-kelompok lokal, organisasi-organisasi yang bergerak dalam bidang teknologi dan ilmu, perdagangan, perusahaan multi nasional, serta organisasi regional. Mereka ini semakin aktif berinteraksi dan mampu mempengaruhi peristiwa-peristiwa lokal maupun global.
c. Kehidupan umat manusia tergantung pada suatu lingkungan  fisik dunia yang ditandai dengan terbatasnya sumber-sumber alam. Ekosistem dunia akan mempengaruhi  dan dipengaruhi oleh umat manusia.
d. Ada keterkaitan  antara apa yang dilakukan manusia di bidang sosial, politik, ekonomi, teknologi, pada masa kini  dengan masa depan umat manusia yang hidup di bumi ini beserta lingkungan  fisiknya di masa yang akan datang.
e. Terjadinya globalisasi yang melibatkan hampir seluruh umat manusia ini menyebabkan masing-masing individu dan seluruh masyarakat berkesempatan dan bertanggung jawab  untuk berperan serta dalam meningkatkan  lingkungan fisik maupun sosial dunia.

Robert Hanvey  dalam bukunya yang sangat terkenal “An Attainable Global Perspective” (1976 )menyebutkan lima dimensi dari perspektif global:
a. Perspective conciousness
Kesadaran dan penghargaan terhadap adanya berbagai macam pendapat yang berbeda-beda di dunia.
b.  State of planet awareness
Adanya pengertian yang mendalam  terhadap isu-isu  dan peristiwa  global.
c.  Cross-cultural awareness
Adanya kesepakatan yang dapat diterima secara umum dalam membuat karakteristik budaya-budaya yang ada di dunia ini, yaitu bahwa sekalipun ada perbedaan-perbedaan  dalam budaya, namun banyak kesamaan yang dimiliki.
d. Systemic  awareness
Tahu akan sistem-sistem  yang ada berikut alam ini, sehingga mulai mengenal  akan kompleknya sistem  internasional di mana aktor-aktor negara dan aktor-aktor non negara saling pengaruh mempengaruhi dalam berbagai macam isu yang terjadi di kawsan-kawasan  yang ada di  dunia ini.
e. Options for partipation
Mengetahui strategi-strategi yang tepat sehingga mampu berpartisipasi dengan baik dalam menghadapi isu-isu yang terjadi dari tingkat lokal, nasional hingga internasional.

James Becker, sebagai pelopor perspektif global  dalam artikelnya yang berjudul “The World and the School. A case for world centered education”(1979) menyatakan bahwa perspektif global harus menggugah kesadaran murid selaku anggota masyarakat dunia dan juga pada tingkatan masyarakat lainnya.

 Christine I Bennett  dalam bukunya “Comprehensive Multicultural Education:Theory and Practice” (1995) menyatakan bahwa para pendidik harus mempersiapkan murid-murid sebagai penerus generasi  di masa datang kaya pengetahuan, sikap dan kemampuan yang diperlukan untuk berpartisipasi aktif  sebagai warga masyarakat di seluruh lapisan  sampai tingkat dunia. Agar anak didik menjadi insan yang mempunyai tanggung jawab global, karena mereka merupakan warga negara dunia. Mereka perlu dilatih untuk berpikir global  dan bertindak secara lokal atau” thin globally act locally”.

            Merryfield dalam artikelnya yang berjudul “Institutuinalizing Cross-cultural Experiences and Interntional Expertise in Teacher Educational : the Development and Potential of a Global Education PDS Network” (1995) menyimpulkan konsep-konsep dari perspektif global, yaitu bahwa para guru perlu mempunyai pengetahuan dan kemampuan untuk mengajarkan kepada muridnya:
a. Penghargaan terhadap adanya perbedaan-perbedaan  dan persamaan budaya, untuk itu para guru perlu mengajarkan berbagai macam perspektif yang dimiliki orang lain  ataupun masyarakat lain  dan mereka perlu juga mempunyai kesadaran untuk bertoleransi terhadap perspektif yang dimiliki orang lain.
b. Dunia ini merupakan sebuah sistem sehingga di dalamnya terjadi saling ketergantungan dan saling berkaitan.
c.  Keputusan-keputusan dan tindakan  yang diambil oleh seseorang akan dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh intraksi global.

Tye and Tye berpendapat bahwa perspektif global meliputi:
a. Studi tentang masalah–masalah dan isu-isu yang melintasi batas-batas nasional  dan adanya keterkaitan dalam sistem-sistem ekonomi, lingkungan, budaya, politik serta teknologi.
b. Peningkatan saling pengertian terhadap budaya lain sehingga si pembelajar mampu mengembangkan kemampuannya untuk bertoleransi  terhadap pihak lain dan berempati.

 Muessig dan Gilliom dalam bukunya ”Perspective of global Education: A source book for classroom teachers” (1981) menyebutkan bahwa melalui perspektif global akan membebaskan para pembelajar dari keinginan-keinginan  yang sifatnya parokial (picik/sempit) dan chauvinisme  Dengan belajar perspektif global mereka akan mampu berinteraksi secara harmonis  dalam masyarakat dunia yang ditunjukkan dengan adanya kemampuan berempati dan mempunyai sifat altruisme  (mengutamakan kepentingan orang lain, kalau perlu dengan mengeluarkan pengorbanan).

 Menurut American Association of College for Tacher  for Teacher Education (1983)  Global education didefinisikan  sebagai “the proses by which people acquire a global perspective to explain events ini recognition of the increasing interdependence of nations and cultures” (Umi Oktyari Retnaningsih, 1998/1999: 15-20)

Menurut Hoopes ( Garsia 1977) mengatakan bahwa pendidikan global mempersiapkan siswa untuk memehami dan mengatasi adanya ketergantugan global dan keragaman budaya, yang mencangkup hubungan, kejadian, dan kekuatan yang tidak dapat diisikan kedalam batas-batas negara dan budaya.
Selanjutnya Hoops, menjelaskan pendidikan global memiliki 3 tujuan yaitu:
1.    Pendidikan global memberikan pengalaman yang mengurangi rasa kedaerahan dan kesukuan. Tujuan ini dapat dicapai melalui mengajarkan bahan dan mengunakan metode yang memberikan relatifisme budaya.
2.    Pendidikan global memberikan pengalaman yang mempersiapkan siswa untuk mendekatkan diri dengan keragaman global. Kegunaan dari tujuan ini adalah untuk mendiskusikan trntang relatifisme budaya da keutamaan etika.
3.    Pendidikan global memberikan pengalaman tentang mengajar siswa untuk berfikir tentang mereka sendiri sebagai individu, sebagai suatu warga negara dan sebagai anggota masyarakat manusia secara keseluruhan.

Berdasarkan tujuan tersebut maka, peran guru adalah :
1.    Memberikan bekal pengetahuan kepada siswa tentang pentingnya pengetahuan global dalam memahami maslah-masalah tertentu.
2.    Meningkatkan kesadaran dan wawasan anak didik sebagai landasan dalam melakukan tindakan yang berdampak global.
3.    Memberikan contoh dan teladan dalam aktivitas sehari-hari, yang mempunyai pengaruh terhadap masalah global.

1.5      Tugas-tugas maupun pertanyaan yang bisa dilontarkan kepada mahasiswa PGSD

Contoh-contoh proses pembelajaran untuk murid-murid sekolah dasar :

Tema                         : Kerjaasama dan kompetensi
Jenis kegiatan         : simulasi
Tujuan kegiatan     :
1.    Eksplorasi metode penyelesaian masalah melalui kerjasama dan atau kompetisi;
2.    Ada pengalaman bahwa pencapaian suatu tujuan terwujud melalui kerjasama (learning by playing);
3.    Memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang ciri-ciri khas masyarakat, dan bagaimana masyarakat bisa bekerja sama;
4.    Menganalisa konsep kerjasama dan kompetisi (seperti kerjasama dan kompetisi merupakan sesuatu yang alami / terdapat pada kehidupan bermasyarakat dan diperlukan : terutama kompetisi yang sehat dan sportif). Tanpa adanya kompetisi tidak akan mendorong orang untuk meningkatkan kualitas diri dan tidak aka nada pertandingan maupun perlombaan; olimpiade, Asian Games, dan sebagainya tidak akan ada.

Persiapan kegiatan :
Bahan-bahan yang diperlukan :
-       Kertas yang mempunyai warna mencolok atau kalender bekas yang mempunyai gambar-gambar menarik,
-       5 buah sampul untuk tempat potongan kertas atau bekas kalender tersebut,
-       Gunting untuk memotong kertas atau kalender bekas,
-       Koran untuk alas hasil pemasangan potongan kertas.




Langkah kerja :
·         Gunting kertas/kalender bekas tersebut dalam bentuk-bentuk seprti yang ada pada lampiran gambar 2-6. Setiap kelompok harus menerima 15 potongan kertas yang akan disusun kembali bentuknya seperti semula menurut pemotongan yang sesuai. Kelompok lain juga akan menerima jumlah potongan yang sama. Apabila ada 5 kelompok maka aka nada 75 potongan dan masing-masing kelompok akan menerima 15 buah potongan.
·         Masukkan 15 potongan kertas/bekas kalender tersebut ke dalam sampul dan jangan lupa ambil 1 potongan kertas/bekas kalender milik 4 grup yang ada untuk saling disasarkan/dipindahkan ke amplop milik grup lain sehingga pada saat pemasangan aka nada 1 gambar yang tidak sempurna (nyasar ke milik kelompok lain), dan biarkan milik yang satu grup utuh.

Pelaksanaan simulasi :
1.    Sebelum kegiatan simulasi dimulai para murid diminta untuk membentuk lingkaran berdasarkan anggota kelompoknya masing-masing;
2.    Aturan main dibacakan, yaitu :
a)    Setiap peserta tidak diperkenankan berbicara, bahkan mengeluarkan sepatah katapun saat simulasi dilaksanakan/berlangsung;
b)    Tidak seorangpun peserta yang diperkenankan meminta potongan kertas ke kelompok lain ataupun memberikan signal/isyarat untuk meminta potongan kertas yang dibutuhkan;
c)    Para anggota diperbolehkan memberikan potongan kertas yang dimiliki yang dianggap tidak diperlukan lagi;
3.    Pemberitahuan batas waktu pelaksanaan simulasi (pemasangan potongan kertas/kalender bekas telah selesai) bisa 10 menit, 15 menit, dan sebagainya sesuai dengan tingkat perkembangan murid.
4.    Setelah selesai guru mengadakan tanya jawab dengan murid mengenai kegiatan yang baru saja berlangsung (makna apa yang bisa diambil dari kegiatan tersebut, murid dimintai contoh mengenai kerjasama dalam kehidupan di rumah, sekolah, dengan kawan bermain, dan sebagainya).
Evaluasi :
1.    Guru bisa menilai kedisiplinan murid dalam mentaati peraturan yang sudah disepakati bersama,
2.    Kerjasama yang dilakukan murid bisa dinilai, apakah mereka bekerja sama secara harmonis dengan sesame anggota kelompoknya dan juga dengan kelompok yanglain. Apakah ada yang berusaha mencari potongan kertasnya yang nyasar ke tempat lain, adakah yang memberikannya dengan sukarela tanpa minta imbalan potongan kertas yang diinginkannya.
3.    Menilai bagaimana murid menghadapi kompetisi yang ada. Apakah dengan semboyan “yang penting tujuan tercapai, aturan main urusan nanti”.
4.    Mengetahui sejauh mana pengetahuanmurid dengan adanya kompetisi dalam berbagai aspek kehidupan, apa saja contohnya dan bagaimana menyikapinya.




















Kesimpulan

Perspektif global merupakan solusi yang tepat untuk menghadapi tantangan di era globalisasi sekarang ini. Dengan belajar perspektif global mereka akan mampu berinteraksi secara harmonis  dalam masyarakat dunia yang ditunjukkan dengan adanya kemampuan berempati dan mempunyai sifat altruisme  (mengutamakan kepentingan orang lain, kalau perlu dengan mengeluarkan pengorbanan).








Komentar

  1. salam kenal...sareng2 sharing yuk, ruang mainku di sini...

    almiyasafitri.wordpress.com, kutunggu. ^_^

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SIKAP PROFESI GURU TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Perbedaan Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan